Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma
besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995
dalam Tikson, 2005). Paradigma
modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan
perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang
menunjang proses perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup
teori-teori keterbelakangan (under-development) ketergantungan (dependent
development) dan sistem dunia (world system theory) sesuai dengan
klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam tiga
klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan ketergantungan.
Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang
pengertian pembangunan.
Dalam praktik pembangunan di banyak negara,
setidaknya pada tahap awal pembangunan umumnya berfokus pada peningkatan
produksi. Meskipun banyak varian pemikiran, pada dasarnya kata kunci dalam
pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena
itu, strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi
pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan melakukan
industrialisasi. Peranan sumber daya manusia (SDM)
dalam strategi semacam ini hanyalah sebagai “instrumen” atau salah satu “faktor
produksi” saja. Manusia
ditempatkan sebagai posisi instrumen dan bukan merupakan subyek dari
pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan produktivitas telah mereduksi
manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan maupun maksimisasi keuntungan.
Konsekuensinya, peningkatan kualitas SDM diarahkan
dalam rangka peningkatan produksi. Inilah yang
disebut sebagai pengembangan SDM dalam kerangka production centered development (Tjokrowinoto, 1996). Bisa dipahami apabila topik pembicaraan dalam
perspektif paradigma pembangunan yang semacam itu terbatas pada masalah
pendidikan, peningkatan ketrampilan, kesehatan, link and match, dan sebagainya. Kualitas manusia yang meningkat merupakan prasyarat
utama dalam proses produksi dan memenuhi tuntutan masyarakat industrial. Alternatif lain dalam strategi pembangunan manusia adalah apa yang disebut
sebagai people-centered development atau panting people first (Korten, 1981 dalam Kuncoro, 2004). Artinya, manusia (rakyat) merupakan
tujuan utama dari pembangunan, dan kehendak serta kapasitas manusia merupakan
sumber daya yang paling penting Dimensi pembangunan yang semacam ini jelas
lebih luas daripada sekedar membentuk manusia profesional dan trampil sehingga
bermanfaat dalam proses produksi. Penempatan manusia sebagai subyek
pembangunan menekankan pada pentingnya pemberdayaan (empowerment) manusia, yaitu kemampuan manusia
untuk mengaktualisasikan segala potensinya.
Pembangunan
mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak nedagtif yang terlihat jelas
bahkan telah dirasakan oleh sebagian penduduk dunia adalah kerusakan lingkungan
baik di tingkat lokal maupun di tingkat globalKerusakan atau degradasi
lingkungan juga dapat menurunkan laju pembangunan ekonomi tingkat produktivitas
sumber daya alam yang semakin berkurang serta munculnya berbagai masalah
kesehatan dan gangguan kenyamanan hidup.
Pemanasan
Global yang disebabkan oleh emisi gas penyebab efek rumah kaca adalah suatu
keniscayaan. Industrialisasi dan pembangunan di seluruh dunia sedikit
banyak ikut andil dalam penciptaan pemanasan global. Meskipun tidak
sedikit juga upaya untuk menekan atau mencegah peningkatan pemanasan global,
baik di level internasional, nasional, maupun konteks lokal. Pemanasan global
dan perubahan iklim mempersulit kehidupan masyarakat rentan, padahal sumbangan
mereka terhadap emisi gas rumah kaca sangat sedikit dibandingkan Negara-negara
indusri.
Sumber
: http://green.kompasiana.com/polusi/2010/11/15/pengaruh-global-warming-terhadap-pembangunan-ekonomi-indonesia/
0 komentar:
Post a Comment