BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Asuransi
Didalam
pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) disebut bahwa, “Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penangung mengikatkan
diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu Premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa
yang tak tertentu.”
Menurut
Wirdjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia, asuransi
adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang
dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa
yang belum jelas.
D.S.
Hansell dalam bukunya Elements of Insurance menayatakan bahwa
asuransi selalu berkaitan dengan resiko (Insurance is to do with risk).
Menurut
Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, dalam bukunya Principles of
Insurancemenyatakan bahwa suatu pengalihan resiko (transfer of
risk) disebut asuransi.
Berdasaarkan
pengertian pasal 246 KUHD dapat disimpulkan ada tiga unsur dalam Asuransi,
yaitu:
- Pihak tertanggung, yakni yang mempunyai kewajiban membayar uang premi kepada pihak penanggung baik sekaligus atau berangsur-angsur
- Pihak penanggung, mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung, sekaligus atau berangsur-angsur apabila unsur ketiga berhasil
- Suatu kejadian yang semula belum jelas akan terjadi
B.Tujuan Dan Jenis-Jenis Asuransi
1. Tujuan Asuransi
Menurut
Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S. H., asuransi itu mempunyai tujuan,
pertama-tama ialah: mengalihkan segala resiko yang ditimbulkan
peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada orang lain yang
mengambil resiko untuk mengganti kerugian. Pikiran yang terselip dalam hal ini
ialah, bahwa lebih ringan dan mudah apabila yang menanggung resiko dari
kekurangan nilai benda-benda itu beberapa orang daripada satu orang saja, dan
akan memberikan suatu kepastian mengenai kestabilan dari nilai harat bendanya
itu jika ia akan mengalihkan resiko itu kepada suatu perusahaan, dimana dia
sendiri saja tidak berani menanggungnya.
Sebaliknya
seperti yang dikemukakan oleh Mr. Dr. A. F. A. Volman bahwa orang-orang
lain yang menerima resiko itu, yang disebut penanggung bukanlah semata-mata
melakukan itu demi prikemanusiaan saja dan bukanlah pula bahwa dengan tindakan
itu kepentingan-kepentingan mereka jadi korban untuk membayar sejumlah uang
yang besar mengganti kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh
peristiwa-peristiwa itu.
Para
penanggung itu adalah lebih dapat menilai resiko itu dalam perusahaan mereka,
daripada seseorang tertanggung yang berdiri sendiri, oleh karena itu biasanya
didalam Praktek para penanggung asuransi yang sedemikian banyaknya, mempunyai
dan mempelajari pengalaman-pengalaman mereka tentang penggantian kerugian yang
bagaimana terhadap sesuatu resiko yang dapat memberikan suatu kesempatan yang
layak untuk adanya keuntungan.
2. Jenis-jenis
Asuransi
Berdasarkan
pasal 247 KUHD menyebutkan tentang lima macam asuransi ialah:
- Asuransi terhadap kebakaran
- Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
- Asuransi terhadap kematian orang ( Asuransi jiwa )
- Asuransi terhadap bahaya dilaut dan perbudakan
- Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat dan disungai-sungai
Secara
garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
- Asuransi Kerugian
2. Asuransi Jiwa
Pada
hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang yang
menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan oleh resiko
kematian(yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), resiko
hari tua (yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan terjadinya,
tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko kecelakaan (yang
tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil terjadi).
3. Asuransi Sosial
Adalah
program asuransi wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah berdasarkan
undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi social adalah menyediakan jaminan
dasar bagi masyrakat dan tidak bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.
C. Terjadinya
dan Berakhirnya Asuransi
1.
Kapan Terjadinya Perjanjian Asuransi
perjanjian
asuransi atau perjanjian pertanggungan secara umum oleh
KUH
Perdata disebutkan sebagai salah satu bentuk perjanjian untung-untungan,
sebenarnya merupakan satu penerapan yang sama sekali tidak tepat. Peristiwa
yang belum pasti terjadi itu merupakan syarat baik dalam perjanjian
untung-untungan maupun dalam perjanjian asuransi atau pertanggungan. Perjanjian
itu diadakan dengan maksud untuk memperoleh suatu kepastian atas kembalinya
keadaan atau ekonomi sesuai dengan semula sebelum terjadi peristiwa. Batasan perjanjian
asuransi secara formal terdapat dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang.
Suatu
premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian
karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan
dapat diderita olehnya, karena suatu kejadian yang belum pasti. Perjanjian
asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
- Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian penggantian kerugian (shcadeverzekering atau indemniteits contract). Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemnitas).
- Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.
- Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.
Perjanjian
asuransi sebagai perjanjian yang bertujuan memberikan proteksi. Dapat dilihat
dari batasan pasal 246 KUHD, lebih lanjut ditelaah unsur-unsur sebagai berikut:
- Pihak pertama ialah penanggung, yang dengan sadar menyediakan diri untuk menerima dan mengambil alih risiko pihak lain.
- Pihak kedua adalah tertanggung, yang dapat menduduki posisi tersebut dalam perorangan, kelompok orang atau lembaga, badan hukum termasuk perusahaan atau siapapun yang dapat menderita kerugian.
Untuk
menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung
itu terjadi dan mengikat kedua pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2
(dua) teori perjanjian tersebut:
- Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.
Perjanjian
asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang
disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti
tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi
kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat dibuatkan
polisnya atau walaupun sudah dibuatkan atau belum ditandatangi atau sudah di
tandatangi tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi evenemen
yang menimbulkan kerugian tertanggung. Pada pasal 257 KUHD memberi ketegasan,
walaupun belum dibuatkan polis, asuransi sudah terjadi sejak tercapai
kesepakatan antara tertanggung dan penanggung. Sehingga hak dan kewajiban
tertanggung dan penanggung timbul sejak terjadi kesepakatan berdasarkan nota
persetujuan. Bila bukti tertulis sudah ada barulah dapat digunakan alat bukti
biasa yang diatur dalam hukum acara perdata. Ketentuan ini yang dimaksud oleh
pasal 258 ayat (1) KUHD. Syarat-syarat khusus yang dimaksud dalam pasal 258
KUHD adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat itu, terutama
mengenai realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti:
penyebab timbul kerugian (evenemen); sifat kerugian yang menjadi beban
penanggung; pembayaran premi oleh tertanggung; dan klausula-klausula tertentu.
2.Berakhirnya Asuransi
Ada
empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain sebagai
berikut :
1. Karena Terjadi Evenemen
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan
1. Karena Terjadi Evenemen
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan
1.
Karena Terjadi Evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.
Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen). Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.
Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen). Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.
2.
Karena Jangka Waktu Berakhir
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang kepada tertanggung.
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan), Karena asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang kepada tertanggung.
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan), Karena asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.
BAB III
KESIMPULAN
Asuransi
terdiri dari tiga kategori, yaitu:
- Asuransi Kerugian
- Asuransi Jiwa
- Asuransi Sosial
Kapan
terjadinya Perjanjian Asuransi
Perjanjian
asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu terjadi dan mengikat
kedua pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2 (dua) teori perjanjian
tersebut:
- Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.
- Teori penerimaan (acceptance theory). Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (pasal 1320 KUH Perdata). Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung. Atas nota persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi.
- 3. Berakhirnya Asuransi
Ada
empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain sebagai
berikut: :
1. Karena Terjadi Evenemen
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan
1. Karena Terjadi Evenemen
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan
Perjanjian
asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang
disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti
tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi.
0 komentar:
Post a Comment