Suatu
hal yang membedakan antara perusahaan jasa dengan perusaan industri yaitu
kondisi penyerapan dana invetasi. Perusahaan industri barang lebihbesar dana investasi terserap pada
aktiva lancer (surat berharga, piutang, persediaan, dll) dibanding investasi
pada aktiva tetap. Sedangkan pada perusahaan jasa dana investasi terbesar
terserap pada aktiva tetap (mesin, gedung, peralatan, kenderaan, dll).
Keseluruhan macam aktiva tetap yang ada, sebagian merupakan keharusan bagi
perusahaan industry, karena tanpa aktiva tetap tersebut aktivitas produksi
tidak dapat berjalan.
Dengan
demikian maka menajer keuangan hendaknya member perhatian terhadap manjemen
aktiva tetap, bukan hanya keputuasan pengadaan aktiva tetap baru, melainkan
juga persoalan yang berkaitan dengan pengeluaran selama masa penggunaan aktiva
tetap. Berdasarkan usia teknis dan usia ekonomis aktiva mempunyai masa lebih
dari satu tahun, sehingga investasi pada aktiva tetap merupakan investasi
jangka panjang. Pada saat berakhirnya usia teknis, aktiva tetap tidak dapat
digunakan lagi, kecuali memerlukan
perbaikan atau penggantian dengan aktiva tetap baru. Oleh karena hal-hal
tersebut di atas, maka keputusan pengeluaran investasi dana pada aktiva tetp
memerlukan ketelitian.
- PENGELUARAN MODAL
Pengeluaran
modal (capital expenditure) merupakan pengeluaran yang dilakuakn leh
perusahaan guna keperluan investasi
untuk jangka waktu lebih dari satu tahun dengan harapan akan member manfaat
atau hasil (benefit).
Pengeluaran
untuk pembelian aktiva tetap merupakan expenture,
akan tetapi tidak semua capital expenture akan di gunakan untuk pembelian atau
pengadaan aktiva tetap. Terdapat beberapa tujuan perusahaan melakukan capital
expenture :
- Untuk membeli aktiva tetap baru
- Untuk penggantian aktiva tetap lama
- Untuk perbaikan atau modernisasi aktiva tetap lama
- KONSEP DASAR PENGANGGARAN MODAL
Penganggaran
modal merupakan keseluruhan aktivitas pengumpulan –pengepaluasi- penyeleksian
dan penentuan alterative penanaman modal yang akan member penghasilan bagi
perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Keterbatasan jumlah dana
yang dimilki perusahaan seringkali menghambat peruses capital budgeting.
Perusahaan selanjutnya akan memisahkan antara penentuan besarnya pengeluaran
investasi (cash outflow) dan pengembalian investasi (cash inflow) dengan diwali
pembahasan tentang jenis proyek.
- JENIS PEROYEK
Pada
umumnya jenis peroyek yang dibiayai dalam suatu investasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis peroyek
berdasarkan ketersediaan dana yang dimilki perusahaan yaitu :
- Independen project
Merupakan
proyek atau investasi yang tidak bergantung pada peroyek lain, dalam arti
diterima atau ditolak suatu proyek tidak mempengaruhi maupun di pengaruhi oleh
kesempatan diterimanya usulan peroyek yang lain. Apabila perusahaan memilki
dana yang cukup guna keperluan investasi, maka keseluruhan seluruh usulan
idependent yang memenuhi kreteria investasi dapat dibiayai.,
- Mutually exclusive project
Merupakan
proyek atau investasi yang tidak bergantung pada proyek lain, dalam arti
deterima atau di tolak suatu proyek tidak mempengaruhi atau tidak di pengaruhi
oleh kesempatan diterimanya usulan proyek yang lain. Hal ini berlaku karna
keterbatasan dana investasi yang dimiliki prusahaan hanya mampu membiayai
usulan yang paling menguntungkan.
- PENGELUARAN INVESTASI
Pengeluaran
untuk membiayai investasi merupakan permasalahan pertama yang harus di
perhitungkan dalam pengambilan keputusan kelayakan investasi. Apabila prusahaan
melakukan investasi baru (pembelian aktiva baru) maka net investment ditentukan
sebagai berikut :
Ø Harga
prolehan aktiva RP XXX
Ø Biaya
intalasi RP
XXX
Ø Biaya-biaya
operasi lainnya RP XXX +
Net
investment RP
XXX
Apabila
prusahaan melakukan penggantian aktiva tetap yang lama dengan aktiva tetab
baru, maka net investment detentukan sebagai berikut :
Ø Harga
beli aktiva tetap RP
XXX
Ø Biaya-biaya
intalasi RP
XXX (+)
RP
XXX
Ø Proceeds
aktiva tetap lama RP
XXX (-)
RP
XXX
Ø Pajak
atas penjualan aktiva tetap lama RP
XXX
net investment RP XXX
berdasarkan pormat
perhitungan di atas, maka faktor-fakor yang perlu di pertimbangkan dalam bentuk
menentukan cash outflow atau net initial investmen suatu investasi adalah
- Harga beli aktiva tetap
Merupakan
harga yang dibayar perusahaan terhadap aktiva yang dibelinya. Harga beli aktiva
tetap merupakan net investment apabila perusahaan tidak mengeluarkan biaya
investasi atau perusahaan mengganti aktiva tetap lama dengan aktiva tetap yang
baru.
- Biaya-biaya instalasi
Merupakan
biaya yang dikeluarkan perusahaan guna keperluan menginstalai aktiva tetap yang
baru dibeli hingga siap beroperasi. Berdasarkan fungsinya biaya instalasi harus
diperhitungkan atau ditambah sebagai harga beli aktiva tetap.
- Proceeds aktiva tetap lama
Apabila
aktiva tetap baru dibeli untuk menggantikan aktiva tetap lama yang akan dijual,
maka hasil penjualan aktiva tetap lama diperhitungkan sebagai proceeds atau
cash inflow. Proceeds yang dihitung sebagai cash inflow merupakan net sales
dalam arti harga jual setelah dikurangi dengan biaya-biaya penjualan.
- Pajak penjualan aktiva tetap lama
Apabila
pengeluaran modal ditunjukan untuk menganti aktiva tetap lama dengan aktiva
tetap baru maka pajak yang dibayarkan atas penjualan aktiva tetap lama akan
menentukan besarnya net investment. Net investment akan lebih kecil dari nilai
buku aktiva tetap (apabila mengalami kerugian). Sebaliknya apabila hasil
penjualan aktiva tetap lama lebih besar
dari pada nilai buku aktiva tetap maka pajak yang di bayar akan memperbesar net
investment (karana adanya keuntungan).
Sehubung
dengan tingkat pajak ini, maka pajak atas penjualan diatas harga beli aktiva
tetap (long term capital gain) lebih
kecil dari pada pajak atas penjualan diatas nilai buku aktiva (ordinary gains)
Contoh
implikasi pajak terhadap proceeds aktiva tetap lama dan pengaruh terhadap net
investmen sebagai berikut. PT ARINTA membeli sebuah mesin tiga tahun yang lalu
seharga RP 500.000.000. depresiasi menggunakan metode garis lurus (straight line methode), usia ekonomis 10
tahun dan tidak memiliki nilai sisa (salvage
value) pada akhir usia ekonomis. Dengan demikian nilai bukan aktiva tetap
lama (mesin) dapat dihitung sebagai berikut :
∑ Depresiasi =
3 [ 500.000.000 ]
10
= 150.000.000
Nilai buku aktiva = 500.000.000-150.000.000
= 350.000.000
Apabila dimisalkan long
term capital gains sebesar 25% dan ordinary gains sebasar 30% maka pengaruh terhadap
net investment dapat duhitung berdasarkan harga jual aktiva tetap sebagai
berikut ini :
a. RP
600.000.000
b. RP
400.000.000
c. RP
350.000.000
d. RP
200.000.000
1)
Apabila
penjualan seharga Rp. 600.000.000
Dengan mesin lama laku
terjual seharga Rp. 600.000.000 berarti lebih besar dari pada harga beli yang
bearti pula lebih besar dari pada nilai buku aktiva. Terhadap dua
jenis pajak yang dikenakan terhadap hasil penjualan, yaitu long tern capital
gains (25%) dikenakan pada selesih harga jual dengan harga beli aktiva dan
ordinary gains (30%) dikenakan terhadap selelisih harga beli dengan nilai buku
aktiva. Dengan demikian jumlah pajak yang dibayar dapat dihitung sbb:
-
Long term capital gains
=25%X RP. 100.000.000 =
RP 25.000.000
-
Ordinary gains
= 30%X RP 150.000.000 =
RP 45.000.000 (+)
RP 70.000.000
2)
Apabila
penjualan sehaharga Rp. 400.000.000
Dengan penjualan mesin
lama seharga RP 400.000.000 bearti perusahaan memperoleh keuntungan sebesar Rp
500.000.000 yaitu selisih harga jual Rp 400.000.000 dengan nilai buku Rp
350.000.000. pajak yang dikenakan hanyalah ordinary gains sebesar 30%X Rp
50.000.000 = Rp 15.000.000 yang akan menambah net investment atau mengurangi
proceeds penjualan aktiva tetap.
3)
Apabila
penjualan seharga Rp 350.000.000
Pada penjualan sebesar
Rp 350.000.000 sama dengan nilai buku berarti perusahaan tidak memperoleh
keuntungan maupun tidak mengalami kerugian. Dengan demikian penjualan diatas
aktiva tetap lama tidak berimplikasi terhadap pajak atau prusahaan tidak
membayar pajak atau hasil penjualan aktiva tetap lama.
Contoh
:
PT. BARANUSA akan menentukan besar net investmen
dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru. Mesin baru dibeli seharga Rp
114.000.000 dan biaya intalasi sebesar Rp 6.000.000. usia ekonomis mesin baru
selama 5 tahun dan depresiasi menggunakan metode garis lurus yang diperkirakan
tidak memiliki nilai sisa pada akhir tahun ke 5. Mesin lama dibeli 3 tahun yang
lalu seharga Rp 72.000.000 dan depresiasi menggunakan metode garis lurus. Usia
ekonomis lama 8 tahun dan diperkirakan laku terjual seharga Rp 60.000.000
dengan tingkat pajak 35%.
Hitung berapa net
investment mesin baru ?.
Penyelesaian :
Menghitung pajak atas
proceeds mesin lama,
-
Harga belimesin RP 72.000.000
-
Akumulasi depresiasi selama 3 tahun Rp 27.000.000 (-)
-
Nilai buku mesin lama Rp 45.000.000
Keuntungan penjualan
mesin lama
-
Harga jual mesin Rp 60.000.000
-
Nilai buku mesin Rp
45.000.000 (-)
-
Keuntungan penualan mesin Rp 15.000.000
-
Pajak atas keuntungan 35% Rp 5.250.000 (-)
-
Net proceeds atas penjualan Rp 9.750.000
Dengan mengetahui
besarnya pajak atas penjualan mesin lama, maka besar net investment mesin baru
dapat dihitung sbb:
-
Harga beli mesin baru Rp
114.000.000
-
Biaya –biaya intalasi Rp
6.000.000
Rp
120.000.000
-
Proceeds penjualan mesin lama Rp 120.000.000
-
Net initial investmen Rp 54.750.000
- PENGEMBALIAN INVESTASI
Pengembalian
investasi yang diharapkan karena adanya pengeluaran modal diukur dari tambahan
aliran kaas masuk (cash inflow sesudah pajak). Karena cash inilah yang
mencerminkan jumlah sesungguhnya yang dapat digunakan oleh perusahaan, bukan
laba bersih sebagaimana yang sering dijumpai dalam laporan laba rugi. Perhitungan
cash inflow dapat dilakukan sebagaimana format perhitungan berikut ini :
Pendapatan
sebelum depresiasi dan pajak Rp.
Xxxxxx
Depresiasi
Rp.
Xxxxxx (-)
Proyeksi
pendapatan sebelum pajak Rp.
Xxxxxx
Pajak Rp.
Xxxxxx (-)
Proyeksi
pendapatan sesudah pajak Rp.
Xxxxxx
Depresiasi Rp.
Xxxxxx (-)
Proyeksi
cash inflow Rp.
Xxxxxx
Berdasarkan format perhitungan di
atas berikut ini contoh bagaiman manentukan proyeksi cash inflow sebuah
perusahaan.
7.
KRITERIA PENILAIAN KELAYAKAN INVESTASI
Setelah mengetahui penentuan
pembiayaan modal atau cash outflow dan pengembalian investasi (cash inflow)
selanjutnya akan dibahas berbagai criteria
yang digunakan dalam mengukur kelayakan suatu investasi dapat dibiayai
atau ditolak. Masing-masing kriteria memiliki teknik perhitungan dan standar
penilaian masing-masing. Walupun demikian diterima atau ditolaknya suatu usulan
investasi bukan berdasarkan ukuran parsial atau kriteria melainkan secara
komprehensif seluruh kriteria yang ada. Adapun kriteria kelayakan usulan
investasi dapat diukur dengan teknik pengukuran sebagai berikut:
a.
Average rate of retrun
Berdasarkan kriteria
ini kelayakan usulan investasi diukur dengan jalan membandingkan antara
rata-rata keuntungan bersih yang dihasilkan dengan sejumlah investasi bersih
yang dikeluarkan. Perhitungan rata-rata keutungan yang sering juga disebut
dengan “Acounting rate of retrun” didasarkan pada keeuntungan bersih sesudah
pajak yang tampak dalam laporan laba-rugi. Adapun perhitungannya menggunakan
formula sebagai berikut :
Average earning after
tax
Average rate of retrun
(ARR) = ---------------------------------------
Average investment
Rata-rata
keuntungan bersih setelah pajak Average Earning After Tax dihitung dengan jalan
menjumlah kan keseluruhan keuntungan besih yang dihasilkan selama usia ivestasi
(∑EAT) dibagi dengan usia investasi.
∑ EAT
Average EAT
=
n
Dimana
:
Average
EAT = rata-rata keuntungan bersih
∑
EAT = jumlah seluruh keuntungan bersih
n = umur investasi / umur ekonomis aktiva
tetap
sedangkan
rata-rata investasi ( average investment) dihitung dengan jalan jumlah dana
investasi dibagi 2 (dus).
Average investment = Net Initial Investment
2
Net
investment dibagi menjadi dua dengan asuransi bahwa perusahaan menggunakan
metode garis lurus dan tidak ada nilai sisa pada akhir usia investasi.
Kebaikan dan Kelemahan Teknik
AAR
Hal yang menguntungkan dengan menggunakan
teknik AAR berkaitan dengan kemudahan dalam perannya dimana input data cukup
menggunakan data net investment dan keuntungan bersih sesudah pajak. Data
keutungan bersih setelah pajak dengan mudah diperoleh melalui laporanlaba rugi.
Sedangan kelemahan teknik AAR karena : teknik AAR dalam peranannya mengabaikan
nilai waktu terhadapp uang. Sebagaimana dibahas pada bagian terdahulu bahwa
sejumlah uang yang dimiliki saat ini nilainya lebih besar dari pada jumlah yang
sama pada apabila baru dimiliki waktu yang akan datang. Walaupun demikian
teknik AAR tetap dibutuhkan dalam penilaian kelayakan investasi.
b.
Payback
proiod
Teknik
lain yang dapat digunakan dalam penilaian kelayakan usulan investasi yaitu
payback priod. Dengan teknik ini, akan dapat diukur berapa lama waktu yang
diperlukan guna menutup net investment melalui cash inflow yang dihasilkan
melalui investasi/proyek tersebut.suau investasi juga mengharapkan pengembalian
investasi dalam jangka waktu yang lebih
cepat. Maka semakin kecil payback period yang dihasilkan semakin cepat
pengembalian investasi dan itulah yang dipilih antara usulan investasi. Dalam
menghitung payback period suatu investasi akan menghasilkan antara pengembalian
invstasi dimana cash inflow yang sama besar setiap periode.
Pay back period dengan cash inflow
yang sama besar
Dasar
perhitungan pay back period adalah :
Maka
perhitungan payback period dapat melakukan dengan membagi net investment dengan
rata-rata cash inflow.
Payback
period =Net investment
Rata-rata cash
inflow
Cara
menghitung payback period sebagai berikut :
Payback
period “X” = Rp 150.000.000 x 1 tahun
Rp 50.000.000
= 3 tahun
Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dana yang diinvestasikan dalam / proyek
X dapat menutup dalam waktu 3 tahun.
Payback period dengan inflow yang
tidak sama besar.
Guna menghitung payback period dimana cash inflow
tidak sama besar setiap tahun dapat dihitung dengan mengurut tahun demi tahun.
Kabaikan
dan kelemahan payback period
Kebaikan
:
-
Dalam pengambilan keputusan secara tidak
langsung sudah mempertimbangkan factor likuiditas investasi.
-
Walaupun tidak sepenuhnya, namun payback
period telah mempertimbangkan nilai waktu terhadap uang.
kelemahan
:
-
Tidak sepenuhnya mempertimbangkan waktu
terhadap uang melainkan implicit dengan pertimbangan beberapa kecepatan atau
waktu dana yang terinvestasikan dapat menutupi.
-
Tidak mempertimbangkan adanya cash
inflow yang diterima setelah total cash inflow menutupi net investment
c.
Net
present value (NPV)
Salah satu teknik
pengukuran investasi yang mempertimbangkan nilai waktu terhadap uang.
NPV
dengan cash inflow yang sama besar
Karenan cash inflow setiap tanhun sama besar maka
tidak perlu menghitung rata-rata cash inflow setiap tahun.
d.
Internal
rate of return (IRR)
Merupang akan teknik
menggunakan pengukuran kelayakan investasi yang banyak digunakan.
IRR
untuk cash inflow yang sama besar
Langka perhitungan:
1.
Hitung besar payback period untuk usulan
investasi yang sedang dievaluasi.
e. Indeks profitability
Teknik atau kriteria penilaian usulan investasi yang
terakhir disebut jugs dengan istilah Benefit cost ratio (B/C ratio).
0 komentar:
Post a Comment