Pages

Saturday, 28 March 2015

Makalah Audit Terhadap Siklus Pengeluaran


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Perusahaan pasti mempunyai aktiva tidak berwujud yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aktiva tidak berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya.
Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang akuratnya pencatatan terhadap transaksi Aktiva tidak berujud tersebut. Sebagai bagian dari neraca, aktiva tidak berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi dan penghentian serta penghapusannya.
Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek mengenai aktiva tidak berwujud yaitu, Audit terhadap siklus pengeluaran: Pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.


1.2  Rumusan masalah

1.      Apa yang di maksud dengan AktivaTidak Berwujud?
2.      Apa saja yang termasuk prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian aktiva tidak berwujud?
3.      Apa saja tujuan audit terhadap aktiva tidka berwujud?
4.      Prosedur apa saja yang ada pada pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud?


1.3  Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Menjelaskan mengenai aktiva tidak berwujud
2.      Memaparkan PABU dalam penyajian aktiva tidak berwujud di neraca.
3.      Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.
4.      Menjelaskan prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.


1.4 Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan akuntansi, agar nantinya dapat lebih memahami serta mendalami tentang materi yang akan dibahas pada kesempatan kali ini.
  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Deskripsi

Aktiva tak berwujud didefinisikan sebagai aktiva modal yang tidak mempunyai wujud fisik dan nilainya tergantung pada hak dan keuntungan dari kepemilikan. Dimana banyak intagibles ini  berupa semacam hak monopoli kepada pemiliknya, seperti paten, copyright, franchise dll. Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ) , dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.


2.2  Jenis-jenis Aktiva Tidak Berwujud

1.      Hak paten adalah suatu hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru agar pihak yang menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru tersebut dapat memanfaatkan dan mengelolanya selama jangka waktu yang telah ditetapkan dapat selama 17 tahun. Dua jenis utama paten adalah paten produk, yang meliputi produk fisik actual, dan paten proses, yang mengatur proses untuk membuat suatu peroduk. Paten memberikan kepada pemegang hak eksklusif untuk menggunakan, membuat dan menjual suatu produk/proses selama periode 20 tahun tanpa campur tangan/pelanggaran dari pihak lain. Amortisasi paten dapat dihitung atas dasar waktu/dasar unit yang diproduksi dan dapat dikredit langsung ke akun paten. Cara lain adalah mengkredit akun Akumulasi Amortisasi Paten.
  
Contoh kasus:
a.       Perusahaan membeli hak paten sebesar Rp100.000.000. Masa manfaat adalah 17 tahun dan telah dikeluarkan 7 tahun yang lalu sebelum tanggal pembelian. Masa manfaat yang tersisa adalah 10 tahun (17 tahun–7 tahun), maka:
Amortisasi per tahun
                                               
Ayat Jurnal yang perlu dibuat pada akhir tahun:
Beban Amortisasi                    Rp10.000.000
Paten                                       Rp10.000.000
b.      Pada awal tahun buku sebuah perusahaan mengeluarkan uang sebesar Rp3.400.000 untuk memperoleh hak paten. Pada saat memperoleh hak paten, perusahaan tersebut menjurnal:
Paten                                       Rp3.400.000
Kas                                          Rp3.400.000
Perhitungan amortisasi tiap tahun:
           
Tiap akhir tahun jurnal penyesuaian yang dibuat:
Beban Amortisasi                    Rp200.000
Paten                                       Rp200.000

2.      Hak cipta (copy right), yaitu hak yang diberikan pemerintah kepada perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang dihasilkan. Hak cipta tidak dapat diperbarui. Masa manfaat hak cipta lebih pendek dari umur hukumnya (umur hidup pencipta ditambah 50 tahun).
3.      Merek Dagang  dan Nama Dagang adalah suatu kata, frase atau symbol yang membedakan/mengidentifikasikan suatu perusahaan/produk tertentu. Umur merek dagang, nama dagang/nama perusahaan dapat tak terbatas namun biaya harus diamortisasikan selama periode yang mendapatkan manfaat yang tidak melebihi 40 tahun.
4.      Leasehold adalah suatu persetujuan kontraktual antara lessor (pemilik property) dan lesse (penyewa property) yang memberikan hak kepada lesse untuk menggunakan property tertentu yang dimiliki oleh lessor, selama periode waktu tertentu sebagai imbalan atas pembayaran kas yang telah ditetapkan dan pada umumnya secara periodic. Masalah khusus muncul pada situasi berikut:
a.       Pembayaran di muka Lease
b.      Pengembangan Leasehold
c.       Lease modal.
5.      Waralaba dan Lisensi. Waralaba (Franchise) adalah penjanjian kontraktual di mana pemilik waralaba member/ikan hak kepada pemegang waralaba untuk menjual produk/jasa tertentu, untuk mnggunakan merek dagang/nama dagang tertentu/melakukan fungsi–fungsi tertentu biasanya di daerah geografis yang telah ditentukan. Lisensi adalah hak pengeperasian diperoleh melalui perjanjian dengan unit/lembaga pemerintah. Biaya waralaba/lisensi denagn umur yang terbatas harus diamortisasikan selama periode tidak melebihi 40 tahun.
6.      Goodwill timbul karena adanya penggabungan usaha satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam satu kesatuan usaha yang baru. Tugas pertama auditor dalam audit terhadap goodwill adalah menumukan bagaimana jumlah goodwill mula-mula ditetapkan didalam akun goodwill.
Contoh kasus:
a.       Goodwill (di Amerika Serikat) dapat diamortisasi pada periode tidak lebih dari 40 tahun. Misalnya, goodwill senilai Rp 4.800.000, dibeli tanggal 5 Januari, bulan pertama tahun fiskal. Diputuskan untuk diamortisasikan dalam jangka maksimal yang diizinkan.
Amortisasi tiap tahun = Rp 4.800.000 : 40
  = Rp 120.000
Jurnal penyesuaian:
Beban Amortisasi                             Rp120.000
Goodwill                                             Rp 120.000

2.3  Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Aktiva Tidak Berwujud Di Neraca

Sebelum membahas pengyajian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud, perlu diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian aktiva tidak berwujud di neraca berikut ini :
       1.      Aktiva tidak berwujud harus disajikan terpisah dalam neraca
    2.      Jikamungkin, aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis yang terbatas harus disajikan terpisah dari aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis tidak terbatas.
    3.      Dasar penilaian aktiva tidak berwujud harus disebutkan, dan metode amortisasinya harus dijelaskan dalam laporan keuangan.


2.4  Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tidak Berwujud

    1.      Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud.
     2.      Membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca.
      3.      Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca.
      4.      Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca.
      5.      Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca.


2.5  Program Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tidak Berwujud

Program pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas.

2.5.1        Prosedur Audit Awal

Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan saldo aktiva tidak berwujud dengan cara membuktikan apakah aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan dengan mekanisme akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karna itu auditor melakukan prosedur audit berikut ini:
1.      Auditor mengusut saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca ke dalam akun aktiva tidak berwujud yang diselenggarakan di dalam buku besar.
2.      Membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun Aktiva Tidak Berwujud di dalam buku besar.
3.      Lakukan mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun aktiva tidak berwujud dan akumulasi amortisasinya
4.      Mengusut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasi ke kertas kerja tahun yang lalu.
5.      Membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tidak berwujud di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal umum.

 2.5.2        Prosedur analitik

Ratio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam pengujian analitik terhadap aktiva tidak berwujud:

Ratio
formula
Tingkat perputaran aktiva tidak berwujud
Ratio laba bersih dengan aktiva tidak berwujud
Ratio aktiva tidak berwujud dengan total aktiva


2.5.3        Pengujian terhadap transaksi rinci

Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan transaksi pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor juga meminta informasi dari klien mengenai manfaat aktiva tidak berwujud di masa yang akan datang dalam memverifikasi eksistensi aktiva tidak berwujud.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan: mempelajari notulen rapat direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud, meminta informasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat aktiva berwujud bagi klien di masa yang akan datang, melakukan inspeksi dan pemeriksaan atas surat perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen yang menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud disajikan di neraca pada nilainya yang merupakan selisih cost dikurangi dengan amortisasi aktiva tidak berwujud. Untuk memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud, auditor melakukan verifikasi atas dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan transaksi amortisasi aktiva tidak berwujud.
Dasar yang seharusnya dipakai untuk menentukan kos aktiva tidak berwujud:
Jenis Aktiva tidak Berwujud
Dasar Penentuan Kos
Paten
Harga beli paten, biaya pengadilan untuk mempertahankan tuntutan paten di pengadilan (biaya pengembangan paten yang dilakukan oleh perusahaan umumnya dibebankan sebagai biaya pada tahun terjadinya).
Hak cipta
Pengeluaran untuk pendaftaran hak cipta, biaya penasihat hokum (seperti halnya dengan paten, biaya riset untuk mendapatkan hak cipta umumnya dibebankan sebagai biaya tahun terjadinya).
Nama dan Merk dagang
Pengeluaran untuk penasihat hukum, biaya pendaftaran, dan biaya lain yang langsung bersangkutan dengan perolehannya.
Franchise
Biaya franchise, termasuk di dalamnya biaya penasihat hukum


2.5.4        Pengujian terhadap saldo akun rinci

1.      Pelajari notulen rapat direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud.
2.      Mintalah informasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat aktiva tidak berwujud bagi klien di masa yang akan dating.
3.      Lakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap surat perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen yang menunjukan hak dan pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud.
4.      Penyajian dari aktiva tidak berwujud dineraca.
5.      Periksa klasifikasi aktiva tidak berwujud berdasarkan manfaat ekonomisnya.
6.      Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Pengujian substantif atas aktiva tidak berwujud ditujukan untuk: (1) memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud, (2) membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (3) membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (4) membuktikan kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (5) membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan saldo aktiva tidak berwujud dengan cara membuktikan apakah aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan dengan mekanisme akuntansi yang dapat dipercaya. Untuk itu auditor mengusut saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca ke di dalam akun aktiva tidak berwujud yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun Aktiva Tidak Berwujud di dalam buku besar, mengusut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasi ke kertas kerja tahun yang lalu, membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tidak berwujud di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan jurnal umum.
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat perputaran aktiva tidak berwujud, ratio laba bersih dengan aktiva tidak berwujud, ratio aktiva tidak berwujud dengan total aktiva, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak atau salah saji.
Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan transaksi pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor juga meminta informasi dari klien mengenai manfaat aktiva tidak berwujud di masa yang akan datang dalam memverifikasi eksistensi aktiva tidak berwujud.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan: mempelajari notulen rapat direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud, meminta informasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat aktiva berwujud bagi klien di masa yang akan datang, melakukan inspeksi dan pemeriksaan atas surat perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen yang menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud disajikan di neraca pada nilainya yang merupakan selisih cost dikurangi dengan amortisasi aktiva tidak berwujud. Untuk memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud, auditor melakukan verifikasi atas dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan transaksi amortisasi aktiva tidak berwujud.

3.2  Saran

1.      Bagi pemakalah selanjutnya disarankan untuk;

a.       Menggunakan referensi buku ataupun jurnal-jurnal yang lebih banyak tentang pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

0 komentar:

Post a Comment

DAFTAR ISI