BAB
III
PENANAMAN
MODAL DALAM SAHAM DAN DANA
A.
Pengertian
Investasi dalam Saham
Perusahaan
dapat menanamkan (investasi) uangnya dalam bentuk saham perusahaan lain. Saham-
saham yang dibeli dapat dicatat sebagai investasi jangka pendek atau investasi
jangka panjang tergantung dari tujuan pembeliannya. Apabila saham itu dibeli dengan tujuan
penggunaan uang yang menganggur dan penjualannya untuk memenuhi kebutuhan uang,
maka pembelian saham akan dicatat sebagai investasi jangka pendek dan termasuk
dalam kelompok aktiva lancar.
Investasi
dalam saham yang dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang biasanya
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk
mengawasi perusahaan lain.
b. Untuk
memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode.
c. Untuk
membentuk suatu dana khusu.
d. Untuk
menjamin kontinuitas suplai bahan baku.
e. Untuk
menjaga hubungan antar perusahaan.
B.
METODE
PENCATATAN INVESTASI DALAM SAHAM
SFAS
115 menyatakan bahwa metode yang digunakan tergantung dari persentase pemilikan
saham. Yang dimaksud dengan persentase pemilikan saham adalah persentase jumlah
lembar saham yang dimiliki oleh seorang investor dibandingkan dengan jumlah
saham yang beredar. Persentase pemilikan dan metode pencatatannya adalah
sebagai berikut :
Persentase pemilikan metode pencatatan
Kurang dari 20% metode nilai wajar ( fair
value method)
20% s/d 50% metode equitas
(equity method)
Lebih dari 50% dibuat
laporan keuangan
yang
dikonsilidasikan untuk
kedua
perusahaan tersebut.
Perusahaan
yang memiliki saham perusahaan lain lebih dari 50% dari jumlah saham yang
beredar disebut induk perusahaan (parent company) dan perusahaan yang sahamnya
dimiliki disebut anak perusahaan ( subsidiary company).
C.
PERSENTASE
KEPEMILIKAN KURANG DARI 20%
Perlakuan
akuntasi atas investasi dalam saham yang persentase pemilikannya kurang dari
20% dibdakan menjadi dua yaitu :
(1) Investasi
dalam saham tersedia untuk dijual (available for sale)
(2) Investasi
dalam saham untuk diperdagangkan (trading)
Sesuai dengan ketentuan SFAS No.
115 , perlakuan akuntasi untuk kepemilikan yang persentasenya kurang dari 20%
akan menggunakan nilai wajar (fair value method), yang menurut PSAK No. 50
didefiniskan sebagai “ jumlah yang dapat
diperoleh dari pertukaran instrument
keuangan dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas, bukan karena paksaan
atau likuidasi”. Jika terdapat harga pasar untuk instrument tersebut, nilai
wajar dihitung dengan cara mengalikan volume saham yang diperdagangkan dengan
harga pasar per unit”.
Berikut ini adalah pencatatan
transaksi investasi dalam saham :
a. Pembelian
Saham
Saham-saham
yang diperoleh dengan berbagai cara, yaitu dibeli tunai atau ditukar dengan
aktiva.
contoh
pencatatan saham yang dibeli akan dibuat berdasarkan data berikut ini :
Pada tanggal 1 April Nona Risa membeli
100 lembar saham prioritas PT Bermuda, 6%nominal Rp 10.000,00 perlembar dengan
kurs 105. Biaya pembelian saham (termasuk meterai dan komisi) sebesar Rp
50.000,00. Dividen saham PT Bermuda dibayarkan setiap tanggal 31 Desember.
Transaksi-transaksi di atas akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
1
April
Investasi
dalam saham prioritas Rp
1.100.000,00
(tersedia
utk dijual/diperdagangkan)
Pendapatan
dividen 15.000,00
Kas 1.115.000,00
Perhitungan
:
Harga
beli saham = 100 x Rp10.000,00 x 105/100 = Rp1.050.000,00
Biaya
pembelian 50.000,00
harga
beli saham 1.100.000,00
dividen
yang terutang 1 januari sampai 1 april =
3/12
x 6% x Rp1.000.000,00 15.000,00
Jumlah
utang yang dibayarkan Rp1.115.000,00
Dividen terutang sebesar Rp 15.000,00
dalam jurnal diatas didebitkan ke rekening pendapatan dividen. Cara ini akan
mengakibatkan seluruh dividen yang diterima tanggal 31 Desember akan dikreitkan
ke rekening pendapatan dividen.
31
Desember
Kas Rp60.000,00
Pendapatan dividen Rp60.000,00
Perhitungan
: pendapatan dividen = 6% x Rp1.000.000,00 = Rp 60.000,00
Kadang-kadang pembelian saham dilakukan
secara lumpsum (bersama) yaitu dua macam saham atau lebih dibeli sekaligus
dengan satu jumlah harga. Alokasi harga beli dapat dilakukan dengan dasar
sebagai berikut:
(a)
Jika harga pasar
masing-masing saham yang dibeli diketahui, alikasi didasarkan pada perbandingan
jumlah relative masing-masing saham.
(b)
Jika yang diketahui
harga pasarnya hanya satu jenis saham, maka harga pasar saham yang diketahui,
diperlakukan sebagai harga pokok saham tersebut dan sisanya merupakan harga
pokok saham jenis lain.
(c)
Jika harga pasar
masing-masing saham yang dibeli itu tidak diketahui, maka alokasi harga pokoknya ditangguhkan sampai salah satu
saham dapat diketahui harga pasarnya.
Contoh
:
Nona
Risa membeli 50 blok saham dengan harga Rp25.000,00 per blok. Tiap blok terdiri
dari 1 lembar saham prioritas dan 3 lembar saham biasa. Alokasi harga pokok
saham kepada masing-masing jenis dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(a)
Harga pasar
masing-masing jeni saham diketahui
Misalnya harga pasar
saham prioritas Rp12.500,00 per lembar dan harga pasar saham biasa Rp4.500,00
perlembar.
Nilai
saham prioritas = 50 x Rp12.500,00 = Rp 625.000,00
Nilai
saham biasa = 50 x 3 x Rp4.500,00 = Rp 675.000,00
Rp
1.300.000,00
Harga
pokok saham prioritas = Rp 625.000,00 x Rp1.250.000,00
1.300.000
= Rp 600.960,00
Harga
pokok saham biasa = Rp 675.000,00 x Rp 1.250.000,00
1.300.000
= Rp 649.000,00
Jurnal
untuk mencatat transaksi di atas sebagai berikut (rekening investasi dalam
saham akan dibedakan untuk tersedia untuk dijual atau diperdagangkan):
Investasi
dalam saham prioritas Rp 600.960,00
Investasi
dalam saham biasa 649.000,00
Kas
Rp 1.250.000,00
(b)
Harga pasar yang diketahui hanya saham
prioritas
Misalnya harga pasar
saham prioritas = Rp12.500,00 per lembar, sedang harga pasar saham biasa tidak
diketahui.
Harga
pokok saham dihitung, sebagai berikut :
Harga
beli saham prioritas dan saham biasa Rp1.250.000,00
Harga
pasar saham prioritas = 50 x Rp12.500,00 = 625.000,00
harga
pokok saham biasa Rp 625.000,00
jurnal
yang dibuat untuk mencatat transaksi pembelian saham diatas (dibedakan untuk
tersedia untuk dijuak atau diperdagangkan) sebagagi berikut:
investai
dalam saham prioritas Rp625.000,00
investasi
dalam saham biasa 625.000,00
kas Rp1.250.000,00
(c)
Harga pasar
masing-masing saham tidak diketahui
Jurnal :
Investasi
dalam saham biasa dan prioritas Rp1.250.000,00
Kas Rp1.250.000,00
D.
DIVIDEN
Dividen adalah pembagian laba perusahaan
kepada para pemegang saham. Dividen yang dibagi dapat berbentuk uang tunai,
aktiva (selain kas dan saham sendiri), dan saham baru.
a.
Dividen yang berbentuk
uang
Para pemegang saham akan menerima
dividen sebesar tariff per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki.
Keputusan pembagian dividen diambil dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Penerimaan dividen ini dicatat oleh pemegang saham dengan jurnal sebagai
berikut :
Kas Rp XX
Penghasilan
dividen Rp XX
Apabila dalam pembagian dividen
disebutkan bahwa dividen yang dibagikan itu sebagian merupakan pembagian laba
dan sebagian lagi merupakan pembagian modal, dividen seperti itu disebut
dividen likuidasi.
b.
Dividen yang berbentuk
aktiva ( selain kas dan saham sendiri)
Pemegang saham yang menerima dividen
seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah sebesar harga pasar yang
diterimanya.
c.
Dividen saham (stock
dividend)
Dividen saham adalah penerimaan dividen
dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi saham. Bagi pemegang saham,
dividen seperti ini berarti penambahan jumlah lembar saham tanpa ada
pengeluaran baru.
Contoh
:
Misalnya Tuan Iwan pada bulan Agustus 2005
membeli 100 lembar saham biasa dari PT Bermuda dengan harga Rp900.000,00. Pada
bulan Desember 2005 diterima dividen saham biasa 50%. Pada bulan Januari 2006,
dijual 20 lembar saham dengan harga Rp170.000,00
Transaksi-transaksi
diatas dicatat dalam buku Tuan Iwan dengan jurnal sebagai berikut :
Agustus
2005
Investasi dalam saham biasa Rp900.000,00
Kas Rp900.000,00
Desember
2005
Memo
:
diterima
50 lembar saham biasa sebagai dividen, jumlah saham dan harga pokoknya menjadi:
100
lembar + 50 lembar = 150 lembar
Harga
pokok per lembar = Rp900.000,00 : 150 =
Rp6.000,00
Januari
2006
Kas Rp170.000,00
Investasi dalam saham biasa Rp120.000,00
Laba penjualan saham 50.000,00
Perhitungan :
Harga
jual Rp170.000,00
Harga
pokok = 20 lembar x Rp6.000,00 120.000,00
laba
penjualan saham Rp
50.000,00
apabila
dividen saham yang diterima berupa saham yang berbeda dengan saham yang
dimiliki, maka harga pokok saham yang dimilik dibagikan kepada tiap macam saham
dengan dasar nilai relatifnya. Misalnya Tuan Iwan memiliki 50 lembar saham
biasa PT Bermuda, nominal Rp10.000,00 perlembar, dibeli dengan harga
Rp750.000,00. Pada bulan Desember 2005 diterima dividen saham prioritas
sebanyak 25 lembar dengan nilai nominal Rp5.000,00 perlembar. Pada saat
penerimaan dividen, harga pasar saham biasa Rp14.000,00 perlembar dan saham
prioritas Rp4.000,00 per lembar.
Pembagian
harga pokok saham dan pencatatan penerimaan dividen sebagai berikut :
Nilai saham biasa = Rp14.000,00 x 50 =
Rp700.000,00
Nilai sahm prioritas = Rp 4.000,00 x 25 = Rp 100.000,00
Rp
800.000,00
Harga
pokok saham biasa = 700.000 x Rp 750.000,00
800.000
= Rp
656.250,00
Harga
pokok saham prioritas = 100.000 X Rp750.000,00
800.000
= Rp93.750,00
Jurnal
:
Investasi dalam saham prioritas Rp93.750,00
Investasi dalam saham biasa Rp93.750,00
d.
Penyesuaian Akhir Tahun
Setiap akhir periode, apabila nilai wajar
saham yang dimiliki oleh investor berbeda dengan harga perolehannya, maka
perbedaannya akan dicatat dalam rekening “laba atau rugi belum direalisasi”.
Dalam hal nilai wajar lebih tinggi dari harga perolehannya, maka selisihnya
dicatat sebagai laba dngan jurnal sebagai berikut :
Investasi dalam saham tersedia untuk
dijual RpXX
Laba belum direalisasi Rp XX
Atau,
Investasi saham diperdagangkan RpXX
Pendapatan dari kenaikan nilai
wajar
investasi saham diperdagangkan RpXX
sebaliknya
bila nilai wajar lebih rendah dari harga perolehannya, maka selisihnya dicatat
sebagai kerugian dengan jurnal:
Rugi belum direalisasi RpXX
Investasi dalam saham tersedia
untuk dijual RpXX
Atau,
Rugi
penurunan nilai wajar investasi RpXX
saham
diperdagangkan
Investasi saham diperdagangkan RpXX
e.
Penjualan dan pelunasan kembali saham
Penjualan
saham oleh investor dan pelunasan kembali saham oleh perusahaan emiten dapat
menimbulkan laba atau rugi. Penjualan saham dicatat oleh investor dengan
mendebit kas dan mengkredit investasi saham. Selisihnya dicatat sebagai laba
atau rugi penjualan saham.
Contoh :
Tuan Iwan pada tanggal 20 Februari
2005 membeli 500 lembar saham (1 lot) PT
XYX yang nominalnya @Rp1.000,00 dengan harga Rp2.000,00. Biaya pembelian sbesar
0,5%, sehingga jumlah harga perolehannya sebesar (500 X Rp2.000,00) + (0,5% x
500 x Rp2.000,00) = Rp1.005.000,00
Jurnal untuk mencatat pembelian
saham ini adalah :
Investasi saham tersedia untuk dijual
Rp 1.005.000,00
Kas Rp
1.005.000,00
Pada tanggal 29 April 2005, saham
tersebut dijual dengan harga Rp2.200,00 perlembar dan dikenai biaya penjualan
sebesar 0,5%. Jumlah uang yang diterima sebesar (500 x Rp2.200,00) – (500 x
Rp2.200,00 x 0,5%) = Rp 1.094.500,00
Jurnal
untuk mencatat penjualan ini adalah :
Kas Rp 1.094.500
Investasi saham tersedia
untuk dijual Rp 1.005.000
Laba penjualan saham 89.500
Harga jual : 500 x Rp2.200,00= Rp1.100.000,00
Biaya penjualan : 0,5% x
Rp1.100.000,00 5.500,00
Harga jual bersih Rp1.094.500,00
Harga perolehan 1.005.000,00
Laba penjualan saham Rp
89.500,00
Jika saham itu tetap dimiliki
sampai tahun berikutnya dan baru dijual pada bulan Februari tahun 2006, maka
Tuan Iwan harus mengganti harga perolehannya menjadi nilai wajar tanggal 31
Desember 2005. Misalnya nilai wajar saham PT XYZ tanggal 31 Desember 2005
sebesar Rp2.200,00 per lembar, maka jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk
mencatat nilai wajar pada tanggal 31 Desember 2005 sbb
Investasi saham tersedia untuk
dijual Rp100.000,00
Laba
belum direalisasi Rp100.000,00
(500x (Rp2.200,00 – Rp2.000,00) =
Rp 100.000,00
Penjualan saham PT XYZ pada bulan
Februari 2006 dengan harga Rp2.200,00 per lembar dan biaya penjualan 0,5%
dicatat sbb:
Kas Rp1.094.500,00
Laba belum direalisasi 100.000,00
Investasi
saham tersedia untuk dijual Rp1.105.000,00
Laba
penjualan saham 89.500,00
E.
PERSENTASE
PEMILIKAN 20% - 50%
PSAK No.15 menyatakan bahwa metode
ekuitas adalah metode akuntansi yang mencatat investasi saham sebesar harga
perolehannya (cost) dan selanjutnya menyesuaikannya dengan perubahan dalam
bagian kepemilikan investor atas aktiva bersih perusahaan yang terjadi setelah
perolehan.
a.
Perolehan saham
Seperti kepemilikan saham kurang dari 20%
, saham dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti : dibeli tunai, melalui
tukar menukar, atau dibeli secara lumpsum. Jurnal untuk mencatat pembelian saham
secara tunai adalah sebagai berikut :
Investasi saham Rp xx
Kas Rpxx
b.
Laba / rugi yang dilaporkan
oleh perusahan investee
Jurnal
yang dibuat oleh investor adalah sbb :
Apabila
investee memperoleh laba :
Investasi saham Rpxx
Pendapatan investasi Rpxx
Apabila
investee menderita rugi :
Rugi investasi saham Rpxx
Investasi saham Rpxx
c.
Penerimaan dividen
Investor yang memiliki saham 20% sampai
dengan 50% akan mencatat dividen yang diterimanya sebagai pengurang rekening
investasi saham dengan jurnal sbb :
Kas Rpxx
Investasi saham Rpxx
d.
Penyesuaian akhir tahun
Apabila pada akhir tahun terdapat
perbedaan antara nilai wajar dengan harga perolehannya, dalam metode ekuitas
tidak diperlukan jurnal penyesuaian.
F.
PEMECAHAN
SAHAM ( STOCK SPLIT-UP)
Pengurangan
nilai nominal atau nilai yang dinyatakan ini dapat menambah jumlah lembar tanpa
adanya penyetoran atau kapitalisasi dari laba tidak dibagi. Kebalikan dari
pemecahan saham adalah keadaan dimana
perusahaan mengurangi jumlah lembar sahamnya dengan cara memperbesar
nilai nominal atau nilai yang dinyatakan. Akibat dari pengurangan jumlah lembar
ini hanya dicatat dengan memo untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan
harga pokok per lembar.
G.
HAK
BELI SAHAM
Hak
beli saham ialah hak yang diberikan kepada para pemegang saham untuk membeli
saham baru dari perusahaan dengan harga tertentu dan dalam batas waktu
tertentu. Pemberian hak beli saham kepada pemegang saham dimaksudkan untuk
memberi Kesempatan pada para pemegang saham agar dapat mempertahankan proporsi
pemilikan sahamnya.
Harga
beli saham baru dengan menggunakan hak beli saham biasanya lebih rendah
daripada harga sah di bursa, perbedaan ini menyebabkan adanya nilai untuk hak
beli saham. Karena hak beli saham itu mempunyai nilai maka penerimaanya dicatat
sebagai suatu investasi hak beli saham.
Hak beli saham ini diterima karena kepemilikan saham, oleh karena itu harga
pokok investasi saham dialokasikan sebagian harga pokok hak beli saham.
Pembagian harga pokok ini dilakukan dengan perhitungan sbb :
Harga pokok hak beli saham = harga
pasar hak beli saham x harga pokok saham
Harga
pasar saham harga pasar
Tanpa
hak +
hak beli
Beli
saham saham
Harga pokok baru untuk saham = harga
pasar saham tanpa hak beli saham x h.pokok saham
Harga pasar saham +
harga pasar
Tanpa
hak beli saham hak beli saham
Contoh perhitungan dan pencatatan hak
beli saham adalah sbb :
Saham
tanpa hak beli =
Rp12.000,00
Hak
beli saham =
Rp 500,00
Harga
pokok saham akan dibagikan kepada saham dan hak beli saham dengan cara sbb :
Harga pokok hak beli saham = Rp500,00 x Rp1.000.000,00
Rp12.000,00 + Rp500,00
=
Rp40.000,00
Harga pokok baru untuk saham = Rp12.000,0 x Rp1.0000.000,00
Rp12.000,00
+ Rp500,00
=
Rp960.000,00
Perhitungan
harga pokok baru untuk saham dapat juga dilakukan dengan cara sbb
Harga
pokok saham Rp1.000.000,00
Harga
pokok hak beli saham 40.000,00
Harga
pokok baru untuk saham Rp 960.000,00
Penerimaan hak beli saham sebanyak 100 lembar dicatat dengan
jurnal sebagai berikut :
Insevstasi dalam hak beli saham Rp40.000,00
Investasi dalam saham Rp40.000,00
Dengan
adanya jurnal di atas ,rekening investasi dalam hak beli saham menunjukkan
saldo besar Rp40.000,00 dan investasi dalam saham menunjukkan saldo sebesar
Rp960.000,00 .Hak beli saham banyak 100 lembar ini dapat digunakan untuk
membeli 25 lembar saham baru. Jika semua hak beli saham digunakan untuk membeli
saham ditambah harga pokok hak beli saham .
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian 25 lembar saham dengan
menggunakan 100 lembar hak beli saham adalah sebagai berikut :
Investasi dalam saham Rp290.000,00
Kas Rp250.000,00
Investasi dalam hak beli saham 40.000,00
Harga beli saham = 25lembar
x Rp10.000,00 Rp250.000,00
Harga pokok hak beli saham 40.000,00
Harga pokok saham yang beli Rp290.000,00
Apabila hak beli saham tidak
digunakan untuk membeli saham baru tetapi dijual, maka rekening penanaman
modal dalam hak beli saham ditutup dan
jika ada selisih antara harga pokok hak beli saham beli saham dengan harga
jualnya, diakui sebagai rugi atau laba. Misalnya hak beli saham bisa dijual
dengan harga Rp450,00 per lembar ,jurnal untuk mencatat penjualan 100 lembar
hak beli saham sebagai sberikut :
Kas
Rp45.000,00
Penanaman modal dalm hak beli saham Rp40.0000,00
Laba penjualan hak beli saham 5.000,00
Perhitungan:
Harga
jual = Rp450,00 x 100 lembar
Rp45.000,00
Harga
pokokhak beli saham
40.000,00
Laba
penjualan hak beli saham
Rp 5.000,00
Apabila
beli saham yang diterima itu tidak digunakan untuk membeli saham baru, juga
tidak dijual sampai daluwarsa maka harga pokok hak beli saham dicatat sebagai
kekurangan dengan jurnal sebagai berikut :
Rugi hak beli saham yang tidak dipakai
Rp40.000,00
Penanaman modal dalam hak beli
saham Rp40.000,00
Rugi yang timbul dari hak beli saham
yang tidak digunakan ini merupakan rugi yang tidak bisa terjadi , sehingga
dalam laporan laba rugi dikelompokan dalam laba atau rugi tidak biasa.
H.
NILAI
TEORITIS HAK BELI SAHAM
Nilai teoritis hak beli saham adalah
harga jual yang diharapkan dari hak beli saham. Nilai teoritis ini dihitung
dalam dua keaadaan yaitu :
1. Bila
saham masih dijual dengan hak beli saham dan
2. Sesudah
ditinggal dimana hak beli saham menjadi milik pemilik dan saham dijual tanpa
hak beli saham.
Nilai
Teoritis Bila Saham dengan Hak Beli Saham
Dalam
keadaan dimana saham –saham dijual dipasar masih berha k atas hak beli saham
yang akan dikeluarkan maka nilai teoritas hak beli saham dihitung sebagai
berikut:
Nilai saham dengan HBS dikurangi
harga beli saham = Nilai satau
lembar HBS
Jumlah lembar HBS yang diperlukan untuk
membeli
satu lembar saham
ditambah 1
Misalnya saham dijual di pasar masih
mengandung hak beli saham dengan harga Rp125.000,00 dan harga beli di
perusahaan sebesarv Rp100.000,00 plus 4 lembar hak beli saham . nilai teoritis
hak beli dihitung sebagai berikut :
Rp125.000,00
– Rp100.000,00 = Rp5.000,00 nilai teoritas 1
lembar hak beli saham .
4+1
Nilai teoritas saham per lembar adalah
harga jual yang diharapkan untuk setiap lembar saham yang dihitung sebagai
berikut :
Rp125.000,00 – Rp5.000,00 =
Rp120.000,00
Hasil
perhitungan ini sesuai dengan perhitungan jika saham dibeli dengan menggunakan
hak beli saham yaitu Rp100.000,00 + (4 x Rp5.000,00) =Rp120.000,00 .
Perhitungan Nilai
Teoritas Hak Beli Saham Jika Saham Dijual Tanpa HBS
Apabila saham dijual tanpa hak beli
saham, perbedaan antara harga pasar saham dengan harga beli saham diperusahaan
dengan menggunakan hak beli saham merupakan nilai hak beli saham yang digunakan
untuk membeli saham baru tersebut . Rumus perhitungan nilai teoritis hak beli
saham dalam keadaan seperti ini adalah :
Nilai
saham tanpa HBS dikurangi harga beli saham =
Nilai satu lembar HBS
Jumlah
lembar HBS yang diperlukan untuk membeli 1 lembar saham
Apabila harga pasar saham tanpa HBS
sebesar Rp150.000,00 ,maka nilai teoritas hak beli dihitung sebagai berikut :
Rp115.000,00 – Rp100.000,00 =Rp3.750,00
4
I.
PENJUALAN
ATAU PELUNASANKEMBALI SAHAM
Harga perolehan saham dengan jumlah
uang yang dijual atau dilunasi kembali adalah harga perolehan yang timbul pada
waktu membeli saham, disesuaikan dengan perubahan- perubahan yang terjadi
seperti pembagaian dividen saham ,pencemaran saham dan lain-lain .
Pada
waktu penjualan saham atau pelunasan kembali, investor mencatat transaksi
tersebut dengan debit kas dan kreditnya rekening penanaman modal dalam saham .
selisih antara harga perolehan dengan jumlah uang yang diterima, kalau rugi
dicatat kalau selisihnya laba akan dikreditkan ke rekening laba penjualan saham
atau laba pelunasan kembali saham . contoh untuk melakukan pencatatan penjualan
atau pelunasan kembali saham sebagai berikut .
Misalnya 100 lembar saham nominal @ Rp10.000,00
,dulu dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp975.000,00 . pada waktu itu
saham- saham tersebut ditarik untuk dilunasi kembali dengan dengan kurs 102 .
Jurnal
yang dibuat dalam buku investor untuk mencatat pelunasan kembali sahamnya adalah sebagai berikut :
Kas Rp1.020.000,00
Penanaman
modal dalam saham Rp975.000,00
Laba
pelunasan kembali saham 45.000,00
Perhitungan :
Harga pelunasan kembali
=102/100xlembarxRp10.000,00 = Rp1.020.000,00
Harga perolehan 975.000,00
Laba pelunasan kembali
saham
Rp
45.000,00
J.
PERTUKARAN
SAHAM
Pada
waktu terjadinya pertukaran, biasanya
terdapat perbedaan antara harga pasar saham baru dengan harga perolehan saham
lama, perbedaan ini dicatat sebagai laba atau rugi dalam buku-buku investor.
Sebagai contoh, misalnya PT.Bermuda menarik kembali saham prioritas yang
beredar dan menukarnya dengan saham biasa, nilai nominal masing-masing saham
sebesar = Rp10.000,00. Nona Risa yang memiliki 100 lembar saham PT Bermuda
untuk investasi jangka panjang, yang dulu dibelinya dengan harga perolehan
sebesar Rp1.000.000,00, menukarkannya dengan 100 lembar saham biasa. Pada saat
pertukaran, saham biasa laku di pasar dengan harga Rp11.000,00 per lembar.
Pertukaran saham di atas dicatat dalam buku Nona Risa dengan jurnal sbb :
Penanaman modal saham
biasa Rp1.100.00,00
Penanaman modal dalam saham
prioritas Rp1.000.000,00
Laba pertukaran saham 100.000,00
Perhitungan
:
Harga
pasar saham biasa = 100 lembar x Rp11.000,00= Rp1.100.000,00
Harga
perolehan 1.000.000,00
Laba
pertukaran saham Rp
100.000,00
K.
LABA
PELUNASAN SAHAM PRIORITAS
Dana
pelunasan saham prioritas biasanya dibentuk untuk menarik kembali saham
prioritas yang beredar. Pada waktu saham prioritas tersebut dijual, harganya
mungkin di atas nilai nominal atau mungkin juga lebih rendah, sehingga jumlah
uang yang dikeluarkan untuk membayar kembali saham prioritas tersebut mungkin
lebih besar atu lebih kecil daripada harga jualnya dulu.
(a) Jumlah
uang yang dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih besar daripada harga
jual saham tersebut. Apabila saham prioritas dilunasi dengan jumlah lebih besar
daripada harga jualnya maka kelebihan pembayaran ini dianggap sebagai pembagian
laba pada saat pelunasan saham. Misalnya, pada tanggal Januari 2005 PT Risa
Fadila menjual saham prioritas, nominal per lembar Rp10.000,00 dengan harga
Rp11.000,00 per lembar. Pada tanggal 15 Desember 2009, 100 lembar saham
prioritas dilunasi dengan harga Rp12.000,00 per lembar. Jurnal yang dibuat oleh
PT Risa Fadila untuk mencatat pelunasan kembali 100 lembar saham prioritas pada
tanggal 15 Desember 2009 adalah sbb :
Modal saham prioritas Rp1.000.000,00
Agio saham prioritas 100.000,00
Laba tidak dibagi 100.000,00
Kas Rp1.200.000,00
(b) Jumlah
uang yang dibayarkan untuk melunasi saham prioritas lebih kecil daripada harga jual saham tersebut. Pelunasan kembali
dengan jumlah yang lebih kecil menimbulkan selisih yang oleh perusahaan tetap dicatat
sebagai modal disetor. Rekening modal saham dan agio atau disagio saham ditutup
dan selisihnya dicatat dalam rekening modal yang menunjukkan asal modal
tersebut. Misalnya PT Risa Fadila pada tanggal 5 Januari 2005 menjual saham
prioritas, nominal perlembar Rp10.000,00 dengan harga Rp12.500,00 per lembar.
Pada harga Rp11.000,00 per lembar. Jurnal yang dibuat oleh PT Risa Fadila untuk
mencatat pembelian kembali saham prioritas tanggal 15 Desember 2009 sbb :
Modal saham prioritas Rp1.000.000,00
Agio saham prioritas 250.000,00
Kas Rp1.100.000,00
Modal
disetor dari pelunasan kembali Rp
150.000,00
Saham
prioritas
L.
UANG
MUKA
Uang
muka diperlakukan sebagai investasi jangka panjang jika tidak akan segera
diterima kembali. Uang muka seperti ini dalam neraca dicantumkan sebagai
tambahan pada penanaman modal dalam saham.
M.
PEMILIKAN
DALAM FIRMA
Pemilikan
dalam firma atau joint venture dicatat sebagai penanaman modal dalam buku
masing-masing anggota (partner). Rekening penanaman modal dalam firma ini akan
bertambah jumlahnya bila ada setoran baru ke dalam firma atau bila firma
memperoleh laba. Apabila firma menanggung kerugian atau pemilik mengambil uang
ke firma saldo rekining ini berkurang.
Persentase Pemilikan
Lebih dari 50%
Jika kepemilikan saham investor lebih
dari 50% dari seluruh saham beredar, maka perusahaan investor disebut sebagai
induk perusahaan. Laporan keuangan induk perusahaan (parent company) harus
dikonsolidasikan dengan laporan investee (anak perusahaan / subsidiary
company).
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan,Zaki.
Intermediate Accounting Edisi 8. Yogyakarta: Penerbit BPFE – YOGYAKARTA, 2004.
0 komentar:
Post a Comment